Mari Kita Belajar Jumlah Mufidah dalam Ilmu Nahwu!
Ketika kita berkomunikasi, tentu kita menggunakan bahasa atau ungkapan yang mudah dipahami oleh manusia pada umumnya, di antaranya dengan menggunakan 'Jumlah Mufidah' atau dengan kata lain menggunakan kalimat sempurna. Apa itu kalimat sempurna? Secara umum, kalimat sempurna adalah kalimat yang telah mengandung makna yang bisa dipahami dengan baik oleh pembaca ataupun pendengarnya yang memiliki aspek-aspek tertentu sehingga dapat dipahami pula maksud dan tujuannya. Sekarang apa maksud Jumlah Mufidah pada Bahasa Arab? Berikut pembahasannya.
Pengertian Jumlah Mufidah (الجُمْلَةُ المُفِيْدَةُ)
Jumlah Mufidah secara bahasa terbagi menjadi "Jumlah" yang berarti kalimat, dan "Mufidah" yang berarti berfaidah atau bermakna. Kalau kita jabarkan, maka hal ini merupakan kalimat yang tersusun atas kata-kata yang memiliki makna sempurna sehingga kalimat tersebut dapat kita pahami dengan baik. Jumlah Mufidah disebut juga sebagai "Kalam" atau ucapan.
Jumlah Mufidah atau kalimat sempurna ini bisa terbentuk dengan setidaknya memiliki subjek dan predikat, atau bisa ditambahkan pula dengan objek, keterangan, serta pelengkap.
Sebagai contoh kita katakan "البُسْتَانُ جَمِيْلٌ" (kebun itu indah), kalimat ini mengandung makna yang sempurna, kita bisa mengambil faedah bahwa kebun tersebut disifati dengan keindahan. Kalimat seperti ini jelas maknanya sehingga tidak ada hal yang perlu ditanyakan lagi. Adapun contoh semisalnya sebagai berikut:
- البَيْتُ كَبِيْرٌ (rumah itu besar)
- القَمَرُ مُنِيْرٌ (bulan itu bercahaya)
- الطَعَامُ لَذِيْذٌ (makanan itu lezat)
Akan tetapi, kalau coba kita katakan "البُسْتَانُ الجَمِيْلُ / بُسْتَانٌ جَمِيْلٌ" (kebun yang indah), dibandingkan dengan kalimat sebelumnya, terlihat perbedaan pada penggunaan huruf alif dan lam, meskipun terlihat sepele, hal tersebut bisa mempengaruhi makna yang terkandung di dalamnya, hal itu bisa berarti sifat dan yang disifati. Kalimat tersebut hanya menyatakan bahwa ada suatu kebun dengan sifat yang indah, namun di sisi lain masih menyisakan pertanyaan bahwa ada apa dengan kebun yang indah tersebut sehingga kalimat tersebut masih belum bisa dikatakan sempurna. Agar menjadi kalimat yang sempurna, sebaiknya kalimat tersebut kita jadikan seperti ini misalnya "البُسْتَانُ الجَمِيْلُ نَظِيْفٌ" (kebun yang indah itu bersih). Contoh lainnya yang serupa sebagai berikut:
- المِسْطَرَةُ الطَوِيْلَةُ مَكْسُوْرَةٌ (penggaris yang panjang itu patah)
- الأَسْمَاءُ المَوْجُوْدَةُ مَمْسُوْحَةٌ (nama-nama yang ada itu terhapus)
- المُؤْمِنُ القَوِيُّ مَحْبُوْبٌ (seorang mukmin yang kuat itu dicintai)
Begitu juga kalau kita katakan "فِيْ البَيْتِ" (di rumah), ini tidak bisa disebut sebagai Jumlah Mufidah, karena kalimat tersebut masih tidak jelas apa maksudnya dan patut dipertanyakan, kecuali kalau misalnya kita tambahkan subjek maka menjadi "مُحَمَّدٌ فِيْ البَيْتِ" (Muhammad berada di rumah) sehingga jelas dapat dipahami bahwa di rumah tersebut ada Muhammad. Contoh lainnya yang serupa sebagai berikut:
- رَجَعْتُ مِنَ المَدْرَسَةِ (saya telah pulang dari sekolah)
- خَالِدٌ فِيْ المَطْعَمِ (Khalid berada di restoran)
- الكِتَابُ فِيْ الحَقِيْبَةِ (buku itu ada di tas)
Adapun kalimat perintah seperti "!اُقْعُدْ" (duduklah kamu (lk)) merupakan Jumlah Mufidah, walaupun disitu hanya terdapat satu kata, namun secara makna ia telah mengandung subjek dan predikat sehingga dapat dipahami maknanya dengan jelas. Adapun contoh lainnya yang serupa sebagai berikut:
- !اِذْهَبُوْا (pergilah kalian!)
- !اُكْتُبِيْ (tulislah kamu (pr)!)
- !اُدْخُلْ (masuklah kamu (lk)!)
Bagian-bagian pada suatu kalimat
- Isim atau kata benda (الاِسْمُ) adalah setiap lafal atau penamaan baik itu manusia, hewan, tumbuhan, ataupun benda-benda mati, dan lain lainnya. Contohnya محمد, بيت, زينب, أسد, نملة, باب.
- Fi'il atau kata kerja (الفِعْلُ) merupakan setiap lafal yang menunjukkan pada perbuatan atau pekerjaan tertentu yang terkait pada waktu tertentu. Mengapa dikatakan "pada waktu tertentu"? Karena dalam Bahasa Arab, setiap kata kerja memiliki bentuk tersendiri yang menunjukkan waktunya baik itu sedang berlangsung, lampau, ataupun yang akan datang. Contohnya يتكلم, سيذهب, غاب, نذكر.
- Harf atau huruf (الحَرْفُ) disini bukan maksudnya yang secara 'bahasa' (seperti huruf-huruf hijaiyah), akan tetapi secara 'makna' dalam Ilmu Nahwu khususnya, yang merupakan setiap lafal yang tidak memiliki makna yang sempurna, kecuali apabila tergabung dengan yang lainnya. Contohnya ب, و, إلى, على, في.
Macam-macam Jumlah Mufidah
Sebagaimana Bahasa Inggris, Bahasa Arab juga memiliki macam-macam kalimat, ada yang nominal dan ada juga yang verbal. Nah, hal tersebut dalam Bahasa Arab biasa kita kenal dengan Jumlah Ismiyah (الجُمْلَةُ الاِسْمِيَّةُ) dan Jumlah Fi'liyah (الجُمْلَةُ الفِعْلِيَّةُ).
1. Jumlah Ismiyah (الجُمْلَةُ الاِسْمِيَّةُ)
Sebagaimana namanya, kalimat ini merupakan kalimat yang selalu diawali dengan isim alias kata benda. Jumlah Ismiyah ini memiliki dua bagian, yaitu mubtada dan khabar.
- Mubtada (مُبْتَدَأٌ) adalah isim atau kata benda yang pada dasarnya selalu terletak di awal kalimat, berharakat marfu', serta merupakan isim ma'rifah.
- Khabar (خَبَرٌ) adalah isim atau kata benda yang menjelaskan keadaan mubtada yang pada dasarnya terletak setelah mubtada, serta merupakan isim nakirah.
Sebagian besar contoh-contoh yang telah disebutkan di atas sebelumnya merupakan Jumlah Ismiyah, namun tidak ada salahnya kita beri contoh kembali beserta penjelasan mubtada dan khabarnya. Berikut ini contoh-contohnya:
- مُحَمَّدٌ وَسِيْمٌ (Muhammad itu tampan). Pada kalimat ini yang menjadi mubtada adalah محمد, adapun وسيم adalah khabarnya. Dengan begitu kalimat ini menjelaskan kepada kita bahwa Muhammad adalah orang yang tampan.
- خَالِدٌ فِيْ الغُرْفَةِ (Khalid berada di kamar). Pada kalimat ini yang menjadi mubtada adalah خالد, adapun kata-kata setelahnya yaitu في الغرفة merupakan khabar. Karena في الغرفة menjelaskan keadaan خالد bahwa si Khalid sedang berada di kamar.
- عَلِيٌّ يَضْرِبُ كَلْبًا (Ali memukul seekor anjing). Kalimat ini begitu 'mengecoh', karena kalimat tersebut mengandung kata kerja, walaupun begitu kalimat ini adalah Jumlah Ismiyah. Kok bisa? Kembali ke awal bahwasannya Jumlah Ismiyah itu pada dasarnya selalu diawali dengan isim. Dengan begitu pada kalimat ini maka yang menjadi mubtada adalah علي, kemudian kata-kata setelah nya yaitu يضرب كلبا seluruhnya adalah sebagai khabar.
2. Jumlah Fi'liyah (الجُمْلَةُ الفِعْلِيَّةُ)
- Fi'il (فِعْلٌ). Dalam Jumlah Fi'liyah, fi'il selalu terletak di awal kalimat, kalau fi'il tidak terletak di awal kalimat, maka kalimat tersebut bukan Jumlah Fi'liyah.
- Fa'il atau Pelaku (فَاعِلٌ). Dalam Jumlah Fi'liyah, fa'il selalu terletak setelah fi'il. Kalaupun fa'ilnya tidak terlihat maka bukan berarti tidak ada fa'il, akan tetapi fa'ilnya merupakan dhamir mustatir misalnya, alias dhamir yang tersembunyi.
- Naibul Fa'il atau Pelaku Pengganti (نَائِبُ الفَاعِلِ). Tidak jauh berbeda dengan Fa'il, namun perbedaannya adalah bahwa Naibul Fa'il ada pada konteks pasif.
Kita beri contoh sebagai berikut:
- شَدَّ زَيْدٌ حَبْلًا (Zaid telah menarik suatu tali). Pada kalimat ini yang menjadi fi'il adalah شد yang merupakan fi'il madhi atau kata kerja lampau. Adapun fa'ilnya adalah زيد.
- يُضْرَبُ الكَلْبُ (anjing itu dipukul). Kalimat ini merupakan kalimat pasif. Maka yang menjadi fi'il majhul atau pasif adalah يضرب. Perlu digaris bawahi bahwa harakat fi'il pada bentuk pasif berbeda dengan bentuk aktif. Adapun naibul fa'ilnya adalah الكلب.
- !اِرْجِعْ إِلَى بَيْتِكَ (pulanglah ke rumahmu). Pada kalimat ini yang menjadi fi'il adalah ارجع yang merupakan fi'il amr atau kata kerja perintah. Adapun fa'ilnya merupakan dhamir mustatir alias dhamir yang tersembunyi yang memiliki makna 'kamu' sehingga maksudnya menjadi 'pulanglah kamu.'
Hal-hal yang telah disebutkan di atas merupakan konsep dasar utama dalam mempelajari Bahasa Arab. Dari situ kita pahami bahwa Bahasa Arab ini agak terlihat rumit karena apabila berbeda penggunaan harakat, alif lam, serta komposisi kata bisa menyebabkan perbedaan makna sehingga dapat dipahami maksud yang berbeda pula. Kesulitan di atas tidak selamanya sulit, begitu kita paham, besar kemungkinan kita menyadari bahwa Bahasa Arab itu mudah dan sangat terstruktur serta memiliki pola tertentu pada susunan kata-katanya. Semoga bermanfaat.
Belum ada Komentar untuk "Mari Kita Belajar Jumlah Mufidah dalam Ilmu Nahwu!"
Posting Komentar