Saatnya Kita Belajar Mubtada dan Khabar! Penting Dipelajari
Suatu kalimat tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan unsur-unsur yang berada di dalamnya. Begitu pula dalam Bahasa Arab, suatu Jumlah Ismiyah pun tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya unsur-unsur penting ini. Apakah unsur-unsur tersebut? Ya, tidak lain dan tidak bukan adalah Mubtada dan Khabar. Kedua hal tersebut hampir selalu berperan dalam pembentukan suatu kalimat. Sering sekali kita dapati kedua hal tersebut dalam berbagai kalimat, bahkan kalimat yang sangat sederhana sekalipun, seperti kita mengatakan 'Saya Muhammad' atau mengatakan 'ini sekolah' misalnya. Seperti apakah mubtada dan khabar itu? Berikut ini mari kita bahas:
Pengertian Mubtada (المُبْتَدَأُ)
Jumlah Ismiyah itu terdiri dari dua pondasi, yaitu Mubtada dan Khabar. Mubtada secara bahasa adalah ism maf'ul dari fi'il "اِبْتَدَأَ" yang berarti datang di awal dan dengannyalah dimulai, misalnya kita katakan: اِبْتَدَأَ الدَرْسُ, berarti pelajaran tersebut dimulai lebih dahulu dibanding yang lain. Adapun secara istilah merupakan ism marfu' yang pada dasarnya terletak di awal kalimat dan dengannyalah suatu kalimat (Jumlah Ismiyah) bisa terbentuk. Adapun Sibawaih mendefinisikannya sebagai: "Setiap isim/kata benda yang dimulai untuk membangun suatu kalam/ucapan, maka mubtada mabni/tetap keadaannya rafa', maka tidak ada yang namanya mubtada kecuali mabni/tetap di atas rafa', Maka mubtada sebagai yang pertama, adapun yang setelahnya menjelaskan mubtada tersebut. Inilah yang disebut juga sebagai musnad dan musnad ilaih. Pada definisi tersebut, Sibawaih mensyaratkan adanya mubtada pada suatu Jumlah Ismiyah dan apa yang datang setelahnya menjelaskan pada mubtada tersebut sehingga menjadi kalimat sempurna atau Jumlah Mufidah, hal itu disepakati oleh Ibnu As-Sarraj, adapun Abdul Qadir Al-Jurjani belum menyepakati hal tersebut di mana beliau belum mensyaratkan mubtada pada awal Jumlah Ismiyah.
Adapun para Ahli Nahwu lainnya mendefinisikan bahwa mubtada merupakan makna yang menarik perhatian sang pendengar dan menjadikannya ingin mengetahui lebih lanjut apapun setelahnya, yang mana hal tersebut kita kenal sebagai khabar. Seperti kita katakan: أَحْمَدُ (Ahmad (saja)), kata tersebutlah yang membuat kita ingin mendengar khabar yang ada setelahnya yaitu contohnya: مُهَذَّبٌ (beradab), maka kalimatnya menjadi: أَحْمَدُ مُهَذَّبٌ (Ahmad adalah orang yang beradab).
Pengertian Khabar (الخَبَرُ)
Kata khabar sendiri diambil dari kata: الخَبِيْرُ, itu adalah salah satu dari nama-nama Allah ta'ala yang berarti Yang Maha Tahu atas segala sesuatu baik yang telah lalu maupun yang akan datang, dan itu juga memiliki arti apa-apa yang dipindahkan/dinukilkan, diceritakan baik secara lisan ataupun tulisan. Seperti kita mengatakan bahwa kita dikabarkan akan suatu kejadian, itu artinya kita mengetahui hakikatnya dari kejadian tersebut. Khabar juga dikatakan sebagai Naba (النَبَأُ). Adapun jamaknya adalah أَخْبَارٌ dan أَخَابِيْرُ.
Ibnu As-Sarraj mendefinisikan bahwasannya khabar adalah isim yang menjadi penjelasnya mubtada yang menarik perhatian sang pendengar, yang mana bisa berisi kebenaran ataupun kebohongan, para Ahli Nahwu pun tidak banyak berbeda dalam mendefinisikan khabar sebagaimana perbedaan mereka pada definisi tentang mubtada; mereka mendefinisikan khabar seperti berikut: Itulah bagian yang mana suatu faedah dapat diambil darinya bersama mubtada dengan cara isnad (penyandaran), dengan syarat mubtadanya tidak boleh sifat yang musytaq (diambil dari fi'il) yang tetap dengan kemarfu'annya, dan bukanlah ia dikatakan khabar kecuali ia sebagai musnad (penyandar/penjelas). Jadi, khabar adalah sesuatu yang menyifatkan keadaan mubtada, dan dengannya pulalah sempurnanya suatu faedah dan makna, misalnya kita katakan: السماء صافية (langit itu cerah), maka kata صافية (cerah) disini sebagai khabar yang dengannya menyempurnakan makna kalimat yang diawali oleh kata السماء (langit), kalau bukan karena adanya khabar, kita belum tentu paham apa maksud dari pembicara. Dari situlah kita bisa mengetahui kebenaran informasinya apakah langitnya benar-benar cerah ataukah tidak.
Contoh-contoh Mubtada dan Khabar
Disini kita akan bahas contoh-contohnya satu-persatu beserta i'rabnya sehingga bisa kita pahami dengan jelas kedudukan kata-kata tersebut.
1. الكُرَةُ عَلَى الطَاوِلَةِ (Bolanya ada di atas meja)
الكرة : مبتدأ مرفوع وعلامة رفعه ضمة ظاهرة على آخره
على: حرف جر مبني على السكون
الطاولة: اسم مجرور وعلامة رفعه كسرة ظاهرة في آخره وشبه الجملة (الجار والمجرور) في محل رفع خبر المبتدإ
2. البَيْتُ كَبِيْرٌ (Rumah itu besar)
البيت: مبتدأ مرفوع وعلامة رفعه ضمة ظاهرة على آخره
كبير: خبر مرفوع وعلامة رفعه ضمة ظاهرة على آخره
Setelah melalui kalimat sebelumnya di atas, saya rasa kalimat yang satu ini terlihat lebih jelas, yang mana mubtada dan khabarnya, karena keduanya sama-sama merupakan kata tunggal. Jadi, mubtadanya adalah البيت dan khabarnya adalah كبير.
3. مُحَمَّدٌ يَكْتُبُ الدَرْسَ (Muhammad sedang menulis pelajaran)
محمد: مبتدأ مرفوع وعلامة رفعه ضمة ظاهرة على آخره
يكتب: فعل مضارع مرفوع وعلامة رفعه ضمة ظاهرة على آخره, والفاعل ضمير مستتر تقديره هو
الدرس: مفعول به منصوب وعلامة نصبه فتحة ظاهرة على آخره, والجملة الفعلية في محل رفع خبر المبتدإ
Kali ini agak terlihat aneh, bukan? karena disitu ada fi'il sedangkan kita sedang membicarakan mubtada dan khabar di mana dikhususkan pada Jumlah Ismiyah, bukan Jumlah Fi'liyah. Tetap perhatikan bahwasannya apabila suatu kalimat diawali oleh isim atau mubtada, maka kalimat tersebut pada dasarnya otomatis menjadi Jumlah Ismiyah, meskipun ada fi'il atau kata kerja di dalamnya.
Disini mubtadanya adalah محمد. Adapun يكتب merupakan fi'il mudhari, marfu' karena tidak terkena efek apapun seperti dari huruf nashb ataupun jazm. Apabila fa'ilnya tidak terlihat jelas seperti kasus disini, maka fa'ilnya merupakan dhamir mustatir (tersembunyi), disesuaikan dengan kata kerjanya sehingga kita katakan تقديره هو. Kemudian الدرس disini adalah maf'ul bih yang berarti objek, karena semua objek pada dasarnya manshub, maka kita katakan disitu manshub dengan harakat fathah.
Hal-hal yang telah disebutkan di atas merupakan sekilas mengenai Mubtada dan Khabar. Di lain kesempatan kita akan bahas lagi secara lebih detail. Kalau kita bahas secara detail langsung pada materi pengenalan seperti ini, justru akan terlihat sulit sekali. Maka dari itu ada baiknya kita akan secara bertahap membahasnya satu-persatu. Semoga bermanfaat.
Belum ada Komentar untuk "Saatnya Kita Belajar Mubtada dan Khabar! Penting Dipelajari"
Posting Komentar